Kehidupan ODHA - Orang dengan HIV/AIDS
HIV (human immunodeficiency virus) adalah sebuah retrovirus yang  menginfeksi sel sistem kekebalan tubuh manusia.  Terutama Sel T CD4+ dan  makrofaga, komponen vital dari sistem sistem kekebalan tubuh “tuan  rumah” – dan menghancurkan atau merusak fungsi mereka. Infeksi dari HIV  menyebabkan pengurangan cepat dari sistem kekebalan tubuh, yang  menyebabkan kekurangan imun. HIV merupakan penyebab dasar penyakit AIDS.
HIV adalah salah satu virus yang mudah menular, dan cara penularannya  antara lain adalah melalui hubungan kelamin dan hubungan seks oral dan/  anal seks. Selain itu HIV dapat juga menular melalui  transfusi darah,  penggunaan bersama jarum terkontaminasi melalui injeksi obat dan dalam  perawatan kesehatan, dan antara ibu dan bayinya selama masa hamil,  kelahiran dan masa menyusui.
Penggunaan pelindung fisik seperti kondom latex dianjurkan untuk  mengurangi penularan HIV melalui seks. Belakangan ini, diusulkan bahwa  penyunatan dapat mengurangi risiko penyebaran virus HIV, tetapi banyak  ahli percaya bahwa hal ini masih terlalu awal untuk merekomendasikan  penyunatan lelaki dalam rangka mencegah HIV.
Pada akhir tahun 2004 diperkirakan antara 36 hingga 44 juta orang yang  hidup dengan HIV, 25 juta di antaranya adalah penduduk sub-Sahara  Afrika. Perkiraan jumlah orang yang terinfeksi HIV di seluruh dunia pada  tahun 2004 adalah antara 4,3 juta hingga 6,4 juta orang (AIDS epidemic  update December 2004). Wabah ini tidak merata di wilayah-wilayan  tertentu karena ada negara-negara yang lebih menderita dari pada yang  lainnya. Bahkan pada tingkatan negara pun ada perbedaan tingkatan  infeksinya pada daerah-daerah yang berlainan. Jumlah orang yang hidup  dengan HIV terus meningkat di semua bagian dunia, meskipun telah  dilakukan berbagai langkah pencegahan yang ketat.
Sub-Sahara Afrika tetap merupakan daerah yang paling parah terkena HIV  di antara kaum perempuan hamil pada usia 15-24 tahun di sejumlah negara  di sana. Ini diduga disebabkan oleh banyaknya penyakit kelamin, praktek  menoreh tubuh, transfusi darah, dan buruknya tingkat kesehatan dan gizi  di sana. Pada tahun 2000, WHO memperkirakan bahwa 25% unit darah yang  ditransfusikan di Afrika tidak dites untuk HIV, dan bahwa 10% infeksi  HIV di benua itu terjadi lewat darah.
Di Asia, wabah HIV terutama disebabkan oleh para pengguna obat bius  lewat jarum suntik, hubungan seks baik antar pria maupun dengan pekerja  seks komersial, dan pelanggannya, serta pasangan seks mereka dan  pencegahannya masih kurang memadai.
AIDS merupakan penyakit yang paling ditakuti pada saat ini. HIV, virus  yang menyebabkan penyakit ini, merusak sistem pertahanan tubuh (sistem  imun). Seseorang yang positif mengidap HIV memang belum tentu mengidap  AIDS. Namun, HIV yang ada pada tubuh seseorang akan terus merusak sistem  imun. Akibatnya, virus, jamur, dan bakteri yang 1 biasanya tidak  berbahaya menjadi sangat berbahaya karena rusaknya sistem imun tubuh.
Penderita HIV/AIDS mempunyai potensi dan keterampilan yang sama dengan  masyarakat biasa. Namun, stigma terhadap penyakit yang diidapnya membuat  mereka tak bisa berkreasi dengan sepenuhnya, terlebih lagi perlakuan  diskriminasi yang di dapat oleh orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA)  oleh masyarakat sekitarnya. Tidak jarang pula pihak keluarga ikut  menjauhi para ODHA tersebut, dan biasanya masyarakat yang belum mengerti tentang cara penularan virus  HIV langsung menghakimi bahwa ODHA adalah orang yang mempunyai  “gaya  hidup buruk” (baca : suka memakai PSK, gay,  pemakai narkoba,dll).  Padahal belum tentu seseorang terjangkit virus HIV karena mereka  mempunyai “gaya hidup buruk” tersebut. Karena seperti yang sudah  jelaskan diatas, bahwa virus HIV dapat juga menular melalui jarum suntik  dan hubungan ibu dan anak.
Stigma buruk dari masyarakatlah yang akhirnya membuat para ODHA ini  semakin terpuruk hidupnya, diskriminasi yang didapatkan ODHA di  lingkungan tempat tinggal dan lingkungan kerjanya bisa membuat mereka  jadi tidak percaya diri, kehilangan semangat hidup. Padahal ODHA masih  bisa bertahan hidup untuk waktu yang cukup lama jika mereka mempunyai  semangat hidup yang tinggi dan rajin mengkonsumsi obat ARV (antiretro  viral).
ARV dapat didapatkan dengan harga murah karena telah disubsidi oleh  pemerintah. Konsumsi obat antiretroviral (ARV) pada ODHA terbukti mampu  menekan jumlah virus HIV dalam tubuh sehingga mereka bisa bugar dan  produktif. Jadi, mengapa masih menganggap ODHA tidak layak bekerja.
Pemerintah mengakui telah mencegah terjadinya stigma buruk bagi ODHA di  masyarakat. Salah satunya dengan melakukan program voluntary counseling  and test (VCT). Dalam program VCT, masyarakat diharapkan dapat  mengonsultasikan masalah kesehatannya secara sukarela. Masyarakat juga  tidak seharusnya menjauhi para ODHA ini karena sebenarnya pencegahan  terhadap penularan penyakit ini dapat dilakukan sedemikian rupa.
Selain ODHA terdapat juga istilah ADHA (anak dengan HIV/AIDS), hal ini  bisa terjadi biasanya karena penularan dari ibu ke anaknya. Ibu-ibu  banyak yang tidak menyadari sudah terinfeksi HIV/AIDS. Sehingga, saat  mengandung dan melahirkan, si ibu tidak sadar berpotensi menularkan  HIV/AIDS kepada anaknya.
Pengobatan dan penanganan medis terkini, dapat membantu pengidap HIV/  AIDS untuk hidup normal. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) tersebut bisa  menghasilkan karya-karya produktif. Namun, diskriminasi di masyarakat  membuat mereka kesulitan mencari kerja. Di saat mereka harus bekerja dan  memenuhi kebutuhan hidup, mereka tidak dapat bekerja lantaran  menyandang status ODHA. Akibatnya, tidak sedikit dari mereka yang kini  menjadi pengangguran. Padahal, beban hidup mereka lebih sulit dan berat.
Siapa pun tentu saja tak ingin ada yang terjangkit virus ini. Namun,  bukan berarti kehidupan akan berakhir jika terjangkit oleh virus ini.  Kehidupan harus terus dilanjutkan karena penderita tetap memiliki  harapan untuk bisa berkiprah di tengah masyarakat dan keluarga.